Sinopsis:
Chadijah Ali adalah salah seorang tokoh pendidikan dan pemberdayaan perempuan dari Riau. Ia lahir di Pekanbaru di masa penjajahan Belanda. Pada tahin 1938, Chadijah Ali memasuki Perguruan Diniyyah Puteri, Padangpanjang. Di sekolah ini, ia bertemu guru bernama Rahmah El Yunusiah yang kemudian sedemikian memengaruhi cara berpikir. Ketika Jepang masuk menggantika era kolonial Belanda di tahun 1942, Diniyyah Puteri terpaksa harus merumahkan atau mengungsikan murid. Chadijah Ali termasuk yang dijemput namun tak kembali lagi setelahnya.
Pendidikan yang tak sampai tamat itu rupanya sangat membekas. Nyaris seoanjang usianya, tokoh ini berupaya merintis dan mengelola sekolah, panti asuhan sampai rumahsakit. Ia tergerak untuk bersumbangsih, karena melihat kondisi pendidikan dan kesehatan di masa awal proklamasi sangat menyedihkan sementara kemerdekaan harus diisi dengan upaya menghadirkan generasi terdidik. Kebodohan diyakini sebagai pintu tempat masuknya penjajahan.

Buah perjuangan Chadijah Ali masih dirasakan sampai saat ini seperti keberadaan Diniiyyah Puteri Pekanbaru, Universitas Islam Riau, Rumahsakit Islam Ibnu Sina dan seterusnya.

Chadijah Ali wafat tahun 1986. Sepeninggal beliau, pemerintah Provinsi Riau memberikan penghargaan sebagai tokoh pendidikan dan pemberdayaan perempuan. Sebuah ruas jalan di kawasan Senapelan, Pekanbaru, dinamakan Jalan Chadijah Ali.